Magelang – Tim peneliti yang terdiri dari Sukma Wijayanto, Wirawan Suryanata, Dhuta Sukmarani, Rasidi, dan Adhy Putri Rilianti mengkaji dua model pembelajaran populer, yakni Problem-Based Learning (PBL) dan Role-Playing, untuk melihat efektivitasnya dalam meningkatkan keterampilan kerja sama siswa sekolah dasar.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuasi-eksperimen dengan membandingkan tiga kelompok siswa: satu kelompok diajar dengan model PBL, satu kelompok dengan metode role-playing, serta satu kelompok kontrol dengan pembelajaran tradisional.
Hasil analisis menunjukkan perbedaan signifikan antara kedua metode. PBL terbukti lebih unggul dalam meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa dibandingkan role-playing. Uji statistik menunjukkan nilai t = 3,226 dengan p = 0,027 (<0,05), yang menegaskan efektivitas PBL. Siswa yang belajar dengan PBL lebih mampu bekerja sama, memecahkan masalah nyata, dan terlibat aktif dalam diskusi kelompok.
Temuan ini memberikan wawasan penting bagi guru sekolah dasar dalam memilih strategi pembelajaran. PBL dinilai tidak hanya memperkuat kerja sama, tetapi juga mendorong berpikir kritis, eksplorasi lintas disiplin, serta keterampilan abad ke-21 yang relevan. Sementara itu, role-playing tetap memiliki manfaat, terutama dalam meningkatkan empati, komunikasi, dan pemahaman perspektif sosial, meski dampaknya pada kerja sama tidak sebesar PBL.
Penelitian ini menegaskan bahwa penerapan PBL di sekolah dasar sangat disarankan sebagai metode utama untuk membangun keterampilan kolaborasi, dengan role-playing sebagai metode pendukung.
Lebih jauh, penelitian ini juga mendukung pencapaian SDGs Tujuan 4: Pendidikan Berkualitas, yang menekankan pentingnya model pembelajaran inovatif untuk menciptakan generasi yang adaptif, kritis, dan mampu bekerja sama dalam menghadapi tantangan global.

